4 Hal Tentang Mendidik Anak

Anak adalah anugrah yang mahal bagi setiap orang tua. Sulit ketika diminta dan tidak bisa ditolak ketika Allah Swt menghendaki kelahirannya. Kehadirannya adalah sebuah rahasia Sang Pencipta, walaupun banyak orang berhasil merencanakan kapan anaknya harus lahir dan kapan tidak melahirkan anak.

Selain sebagai anugrah dari Yang Kuasa, Allah Sang Penentu, anak diberikan kepada para orang tuanya sebagai amanah. Untuk dipelihara, dididik dan dibina menjadi anak-anak yang berkualitas, memiliki kekuatan dan ketahanan sebagai bekal mengarungi hidup di masa dewasanya. Allah Swt berfirman: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” (QS. An Nisaa’ : 9)

Anakpun dapat pula menjadi cobaan (fitnah) atau bahkan sebagai musuh bagi kedua orang tuanya, bila anak berkembang tanpa didikan yang baik dan benar. Seperti yang difirmankan Allah Swt: “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan (fitnah) dan sesungguhnya disisi Allah-lah pahala yang besar” (QS. Al Anfaal: 28). “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. At Taghaabun: 14). 

Oleh karenanya, setiap orang tua harus menyadari betul akan amanah ini. Bahwa anak-anak yang dititipkan Allah kepada kita sesungguhnya harus dididik dan dibina dengan baik sesuai dengan tatacara pendidikan yang disyariatkan Islam dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw.
Setidaknya ada empat hal yang harus diperhatikan oleh orang tua dalam melakukan pendidikan terhadap anak-anaknya, yaitu:

1. Pendidikan yang dilakukan harus berpedoman pada prinsip “Memelihara fitrah anak (Al Muhaafadzoh)”. Maksudnya adalah, segala upaya yang dilakukan oleh orang tua untuk mendidik anak-anaknya harus didasarkan bahwa anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), beriman kepada Islam: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui" (QS. Ar Ruum: 30). 

Juga dalam hadits Rasulullah Saw, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi". Untuk dapat memelihara fitrah anak, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan: 

- Memperdengarkan adzan dan iqomat ditelinga anak ketika anak baru lahir, untuk memperkenalkan kepadanya Allah dan Rasul-Nya sejak dini, serta berupaya untuk selalu mengkondisikan anak dalam aturan-aturan Islam dalam perkembangannya. 

- Memilihkan teman bermain, yang kita yakini mendapatkan pendidikan yang baik dari orang tuanya, serta menyeleksi dan mengawasi jenis permainannya. 

- Memilihkan lingkungan yang baik, mengingat lingkungan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku anak.

- Memilihkan sekolah dan guru yang baik (Islami) ketika anak mulai memasuki usia sekolah.

2. Pendidikan yang dilakukan harus diupayakan untuk mengembangkan potensi anak (At Tanmiyyah). Menurut berbagai penelitian, diakui bahwa anak memiliki potensi yang luar biasa bila distimulasi dengan baik sejak usia dini, karena perkembangan intelektual anak dapat mencapai masa keemasannya pada usia 0 sampai 2 tahun. Anak juga memiliki keingintahuan yang sangat kuat pada usia-usia tersebut, sehingga sangat memungkinkan untuk memberikan banyak hal di usia dini.

Ada sebuah kisah menarik di Jepang, Ms. Sakane yang seorang wanita karir, berhasil mengajar anaknya dengan hasil yang sangat mengejutkan ketika Okane yang baru berusia 3 tahun 5 bulan memiliki IQ 198 dengan cara selalu menyediakan waktu 30 menit sebelum kerja dan 1 jam sepulang kerja untuk khusus memperkenalkan kepada anaknya berbagai macam benda dari guntingan-guntingan kertas bergambar yang secara rutin dia lakukan setiap hari. (sumber: artikel 3 Tahun Pertama Yang Menentukan: Taufan Surana).

3. Pendidikan yang dilakukan harus bersifat Mengarahkan (At Taujih). Yaitu mengarahkan anak kepada kesempurnaan, mengajarinya dengan berbagai aturan diniyah, tidak menuruti setiap permintaan anak yang kurang baik untuk dirinya baik dimasa kanak-kanak maupun setelah remaja dan dewasa.

Memanjakan anak dengan cara menuruti segala permintaannya bukan hanya akan menjadikan anak bagaikan seorang raja yang titahnya harus selalu dituruti, namun juga akan menjadikan anak bermental diktator.

4. Pendidikan harus dilakukan secara bertahap (At Tadarruj). Mendidik anak harus dilakukan dengan penuh kesabaran dan ketelatenan, tidak tergesa-gesa ingin segera melihat hasilnya, namun harus dilakukan secara bertahap, sedikit demi sedikit, hingga anak mengerti dan faham apa yang kita ajarkan. Karena mendidik anak bukanlah sekedar membalikkan telapak tangan atau membuat foto Polaroid. Pendidikan adalah sebuah proses yang sangat panjang dan tak berujung.

Terakhir, marilah kita senantiasa bermohon kepada Alloh Swt agar Allah berkenan memberikan kepada kita semua, para orang tua, para guru dan pendidik anak-anak dapat mengemban amanah sebaik-baiknya dan dapat menjadikan anak-anak kita generasi Robbani.

Robbanaa hab lanaa min azwaajinaa wadzurriyaatinaa qurrota a’yun. Waj’alnaa lil muttaqiina imaamaa (Q.S. Al Furqaan: 74). Aamiin. (Ya Roob kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa). Wallahu 'a’lam bishshowaab. (eramuslim- Ummu Shofi)

Author

amyoies amyoies Fiksioner is a free template that suitable for personal blogging because the layout is like a journal.

Post a Comment